Mengupas Dunia Pasca-Apokaliptik di Mortal Engines Kota Berjalan yang Mematikan!

Mortal Engines: Mengupas Dunia Pasca-Apokaliptik di Kota Berjalan yang Mematikan!

Ultimate Fit Zone – Mortal Engines adalah salah satu film dengan konsep masa depan bumi yang hancur atau pasca-apokaliptik yang cukup unik. Di dunia film, tema seperti ini udah sering banget dipakai. Tapi gimana jadinya kalau kota-kota besar kayak London atau Paris bisa jalan sendiri dan berburu kota kecil buat bertahan hidup? Nah, itulah ide gila di balik film ini!

Mortal Engines diadaptasi dari novel karya Philip Reeve dengan judul yang sama. Film ini rilis tahun 2018 dan diproduseri oleh Peter Jackson, orang yang juga bikin trilogi The Lord of the Rings. Meski banyak yang suka idenya, sayangnya film ini kurang sukses di box office. Tapi kita nggak bakal bahas soal gagal atau suksesnya dulu, ya. Kita bakal lebih dalam mengulik dunia pasca-apokaliptik dan konsep kota berjalan yang mematikan!

Latar Belakang Dunia Mortal Engines

Cerita Mortal Engines dimulai dengan kisah Perang Enam Puluh Menit, perang besar yang menghancurkan bumi dengan senjata super canggih. Hasilnya? Dunia jadi rusak parah, tanahnya nggak subur lagi, dan sumber daya alam semakin langka. Di sinilah manusia mulai mikir buat bertahan hidup dengan cara ekstrem: bikin kota yang bisa berjalan dan berburu kota lain buat bertahan hidup.

Kota berjalan ini dikenal dengan sebutan Kota Predator. Mereka bukan cuma kota biasa, tapi punya mesin raksasa yang bisa bergerak dan mengejar kota kecil buat dimakan — ya, dimakan! Bukan dimakan kayak makanan sih, tapi lebih ke “ditelan” buat diambil sumber dayanya.

Selain Kota Predator, ada juga kelompok yang disebut Anti-Traction League. Mereka ini anti sama konsep kota predator dan lebih memilih hidup stabil tanpa mengeksploitasi kota lain. Mereka biasanya hidup di daerah pegunungan yang susah dijangkau kota predator.

Konsep Kota Berjalan Raksasa

Nah, di sini ada konsep yang disebut Darwinisme Kota. Bukan Darwin yang teori evolusi itu, ya! Tapi mirip, di mana yang kuat memangsa yang lemah. Kota besar kayak London jadi pemangsa utama yang sering memburu kota-kota kecil yang nggak berdaya. Mereka diambil sumber dayanya, manusia-manusianya dijadikan budak atau dibuang.

Di film, kita bisa lihat gimana London, kota terbesar dan terkuat, jadi penguasa jalanan besar yang gersang. Kota kecil cuma bisa lari atau sembunyi biar nggak dimakan. Ini kayak analogi besar-besaran tentang dunia nyata, di mana negara besar seringkali mengeksploitasi negara kecil demi sumber daya.

Karakter Utama dan Plot Cerita

Film Mortal Engines fokus pada karakter Hester Shaw, seorang cewek misterius yang punya masa lalu kelam. Dia pengen balas dendam sama Thaddeus Valentine, pemimpin London yang ternyata punya rahasia besar. Hester bertemu dengan Tom Natsworthy, seorang pemuda yang awalnya bekerja buat Valentine tapi akhirnya berbalik melawannya setelah tahu kebenaran. Mereka berdua berusaha mengungkap rencana jahat Valentine yang berpotensi menghancurkan dunia lagi.

Ada juga karakter Anna Fang, pemimpin Anti-Traction League yang karismatik dan kuat. Dia adalah sosok pemberontak yang percaya kalau kota predator nggak seharusnya ada. Anna juga jadi mentor bagi Hester dalam perjalanannya melawan Valentine dan kota London.

Plotnya nggak cuma soal balas dendam, tapi juga tentang bertahan hidup di dunia yang keras dan penuh persaingan. Hester dan Tom harus belajar saling percaya di tengah bahaya yang terus mengancam mereka.

Eksekusi Ide dalam Film

Dari segi visual, Mortal Engines bisa dibilang juara banget! CGI-nya memukau, terutama pas adegan kota besar kayak London ngejar kota kecil yang panik. Kita bisa lihat gimana mesin-mesin raksasa itu bergerak, gimana roda-roda besarnya menghancurkan daratan, dan gimana London muncul dengan megahnya.

Desain kota bergerak juga menarik. London terlihat kayak monster raksasa dengan banyak tingkat dan bagian yang saling berputar. Bagian bawahnya adalah tempat buat “perut” kota yang menelan kota kecil. Sedangkan bagian atasnya dipenuhi bangunan mewah buat para elit yang hidup nyaman.

Namun, sayangnya, eksekusi cerita filmnya agak kurang maksimal. Banyak penonton yang ngerasa kalau plotnya terlalu cepat, karakter-karakternya kurang berkembang, dan beberapa adegan malah terasa klise. Mungkin karena terlalu fokus sama visualnya yang memukau, jadi kurang perhatian buat pendalaman cerita.

Makna dan Pesan di Balik Dunia Pasca-Apokaliptik

Kalau dilihat lebih dalam, Mortal Engines sebenarnya nggak cuma soal kota-kota besar yang jalan dan berburu kota kecil. Ada pesan tersembunyi tentang keserakahan manusia. Kota besar kayak London yang terus berburu kota kecil bisa diibaratkan kayak negara besar yang mengeksploitasi negara kecil.

Ada juga pesan soal eksploitasi sumber daya yang nggak ada habisnya. Kota besar terus berburu karena sumber daya mereka menipis. Ini mirip banget sama kondisi dunia nyata, di mana manusia terus-terusan ngeksploitasi alam tanpa mikir panjang. Mungkin film ini juga ngingetin kita kalau kalau nggak dijaga, bumi bisa hancur beneran kayak di cerita Mortal Engines.

Dampak dan Penerimaan Publik

Sayangnya, meskipun punya ide yang unik dan CGI keren, Mortal Engines gagal menarik banyak penonton. Di box office, film ini dianggap gagal total. Budget besar buat efek visualnya nggak seimbang sama pendapatan yang masuk. Banyak yang bilang film ini rilis di waktu yang salah karena bersaing dengan film besar lain.

Selain itu, kritik juga datang dari penggemar novelnya. Banyak perubahan yang dianggap terlalu drastis, terutama soal pengembangan karakter dan alur cerita. Padahal, novel aslinya punya narasi yang kuat dan lebih gelap.

Apakah Mortal Engines Underrated?

Meski banyak yang menganggap gagal, ada juga yang bilang kalau Mortal Engines itu underrated. Beberapa orang justru suka dengan konsep kotanya yang unik dan visualnya yang memukau. Film ini sebenarnya bisa jadi cult classic di kalangan penggemar sci-fi yang suka dunia pasca-apokaliptik.

Kalau kamu suka film dengan dunia futuristik yang beda dari biasanya, Mortal Engines layak dicoba. Anggap aja nonton ini buat lihat gimana kalau kota besar kayak London bisa jalan sendiri dan berburu kota kecil!

Penutup

Mortal Engines mungkin nggak sukses besar di layar lebar, tapi tetap jadi film yang menarik buat dibahas. Konsep kota berjalan yang memakan kota lain itu jarang banget ada di film lain, apalagi dieksekusi dengan visual sekeren ini.

Kalau kamu penasaran sama dunia pasca-apokaliptik yang beda dari biasanya, nggak ada salahnya buat nonton Mortal Engines. Meskipun ceritanya nggak sempurna, setidaknya kamu bisa menikmati kota-kota besar yang jadi monster raksasa dan lihat betapa gilanya dunia kalau sumber daya alam benar-benar habis!

Jadi, gimana? Penasaran buat nonton Mortal Engines atau malah udah pernah nonton? Bagikan pendapatmu!

Panic Room: Ketegangan Dalam Sebuah Ruang Terpencil Previous post Panic Room: Ketegangan Dalam Sebuah Ruang Terpencil
Film Nickel Boys (2024) Kisah Nyata yang Terlupakan dari Sejarah Amerika Next post Nickel Boys (2024): Kisah Nyata yang Terlupakan dari Sejarah Amerika